Monday, October 10, 2016

Self Reminder

0

Mencintai adalah fitrah manusia. Mereka memang diciptakan untuk merasakan emosi terhadap apa yang ada di sekelilingnya termasuk merasakan cinta kepada lawan jenisnya. Tak sedikit manusia terbutakan cinta semu yang tidak membawa manfaat bahkan hanya mudhorat yang dibawanya. Tapi tak sedikit pula manusia yang bisa menyikapi cinta secara arif. Bisa memilah mana cinta semu dan mana cinta karena Allah.


Cinta semu yang saya maksud adalah nafsu yang berkedok cinta. Biasanya terjadi saat anak manusia merasakan kekaguman terhadap lawan jenisnya lalu lantas menanggapinya dengan menjalin hubungan yang sudah jelas dilarang di dalam agama. Ironisnya saat ini hal tersebut seakan menjadi tren di kalangan anak muda. Menggembargemborkan kemesraan tanpa rasa malu di sosial media atau menceritakan betapa sakitnya saat 'cinta'nya bertepuk sebelah tangan bahkan merasa terkhianati atas cinta yang belum miliknya. Foto berpelukan mesra atau foto berlinang air mata akan dengan mudah ditemukan di sosial-sosial remaja masa kini. Jangankan remaja, kalangan anak SD pun tak mau ketinggalan mengikuti tren ini. Miris memang.

Lalu bagaimanakah manusia yang menyikapi cintanya dengan arif? Ia memilih menambatkan hatinya pada seseorang yang mencintai Tuhannya, seseorang yang ia yakini bisa menjadikannya lebih baik dan akan mengantarkannya ke surga. Ia akan mencintai seseorang yang taat pada Tuhannya. Saat orang lain bersandar pada pasangannya yang belum halal saat berkeluh kesah, manusia ini hanya bersandar kepada Tuhannya. Mendekati sang Maha Cinta agar diberikan cinta terbaik. Secinta-cintanya ia terhadap lawan jenisnya, menghalaunya adalah jalan terbaik. Menghalau sebelum halal, menghalang nafsu yang sangat gesit mencari celah dalam emosi manusia yang sulit namun sesungguhnya bisa dikendalikan.


Lalu bagaimana saat sosok yang taat ini tidak kunjung berniat menghalalkan atau dengan kata lain tidak memiliki perasaan yang sama? Maka pilihannya ada dua, menyatakan atau meninggalkan. Tak apa seorang perempuan menyatakan perasaannya. Hal ini untuk mencegah timbulnya zina hati saat apa yang manusia rasakan tak kunjung terungkap. Tak apa seorang perempuan melamar laki-laki. Bahkan Khadijah ra. pun menyatakan perasaannya pertama kali melalui perantara sahabatnya yang kemudian disampaikan kepada Rasulullah SAW. Jika benar laki-laki tersebut baik, ia akan memastikan untuk menghalalkan perempuan tersebut  atau menyuruhnya menyerah. Saat hal tersebut terjadi jangan bersedih karena jodoh tak akan pernah tertukar. Pilihan kedua yaitu meninggalkan. Jika perasaan tidak ingin diungkap maka hilangkanlah. Tinggalkanlah cinta itu. Jangan dipikirkan lagi dan teruslah bersandar pada sang Maha Cinta.

Melihat sepasang insan shalih dan shalihah terikat dalam hubungan suci yang halal memang menyejukkan. Akan terbersit dalam hati bahwa sudah semakin langka sosok shalih di dunia ini, apakah kita akan mendapatkan sosok seperti itu juga? Nah, maka jangan membatasi diri dengan frase "semakin langka" tetapi kita bisa menjadi sosok langka tersebut. Berusaha menjadi insan yang lebih baik. Berusaha menjadi sosok yang  diidamkan oleh diri sendiri karena janji Allah sudah sangat jelas bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Hal tersebut takkan tertukar. Semua tergantung pada manusia itu sendiri, ingin mendapatkan cinta yang semu atau cinta yang sebenarnya. Cinta yang bermanfaat atau cinta yang mudhorat.

Maka janganlah sedih saat khalayak menertawai kesendirianmu. Itulah kelebihanmu yang sebenarnya, mampu memilah cinta dan nafsu. Dan tentu saja insyaa Allah akan menghindarkanmu dari hal yang dibenci Allah SWT. Aamiin.

0 comments:

Post a Comment