Past
Ditatapnya punggung yang semakin menjauh itu. Menangis? Tentu tidak. Toh ia sudah terbiasa sakit. Tapi saat hatinya yang cedera, sekuat apa ia mampu menahan sakitnya? Tertunduk lesu, ia bertanya pada diri sendiri. Siapa yang harus ia salahkan? Pikirannya kini mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Siapa? Siapa? Bukan siapa-siapa tentu saja. Ia tak bisa menyalahkan siapapun. Karena sakit ini, ia yang menginginkannya, ialah penyebabnya. Benar.. Ia yang terus menarik kenangan itu ke dalam pikirannya lagi. Ia yang saat ini masih terus berharap hal yang tidak mungkin terulang lagi. Ia yang tak ingin lepas dari masa lalu.
0 comments:
Post a Comment