Title:
Confessions
Author:
Minato Kanae
Pages:
303 pages
Genre:
Mystery Fiction (Psychological Thriller)
Publish
Date: 2007
Indonesian
Translation Copyright: 2019
Salah satu resolusi saya tahun ini adalah membaca
lebih banyak buku dari tahun lalu. Tidak terlalu sulit, karena tahun lalu saya hanya mampu menghabiskan tiga novel saja. Sebelum tahun 2019 berakhir, saya telah
membuat list buku-buku apa saja yang akan saya baca. Menurut list yang telah
saya susun, seharusnya saya membaca buku Agatha Christie, The Mysterious Affair in Styles. Tapi, review buku Confessions tiba-tiba muncul di timeline
sosial media saya dan amat sangat berhasil meracuni saya untuk mengabaikan
Agatha Christie untuk pertama kalinya.
Jadi, buku ini adalah novel terjemahan Jepang karya
Minato Kanae. Dengar-dengar, novel ini telah diterbitkan sejak tahun 2007 dan
diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama pada tahun 2010. Untuk
versi terjemahan Indonesia memang baru tersedia pada tahun 2019 kemarin. Sebagai pencinta genre misteri, sinopsis
novel ini terlihat menarik. Tak butuh waktu lama untuk berpikir, saya langsung
memutuskan untuk berburu bukunya ke Gramedia terdekat.
Confessions?
Pengakuan tentang apa?
Moriguchi Yuko adalah seorang wali kelas di salah satu
SMP di Jepang. Dia memiliki anak perempuan berusia empat tahun bernama Minami.
Pada suatu hari, Minami ditemukan tewas tenggelam di kolam renang sekolah.
Polisi pun menetapkan bahwa penyebab kematian Minami adalah karena kecelakaan.
Di akhir tahun pembelajaran, tepatnya satu bulan
setelah kematian Minami, Yuko mengumumkan pengunduran dirinya dari sekolah.
Sesuai judulnya, di hari terkahir ia mengajar, ia melakukan sebuah pengakuan
yang mengejutkan banyak orang. Yuko mengatakan bahwa ia mengetahui bahwa putrinya
tewas bukan karena kecelakaan tetapi sengaja dibunuh oleh dua orang siswa yang
ada di kelas tersebut. Yuko juga mengatakan bahwa ia akan membalas dendam atas
kematian putrinya.
Bagaimana cara Yuko membalaskan dendamnya? Kalian akan
tercengang saat membacanya. Pembalasan dendam yang sangat gila dan tidak
disangka-sangka. Pembalasan dendam Yuko ini ternyata membawa dampak yang sangat
besar bukan hanya bagi kedua siswa tersebut, tetapi juga orang-orang di
sekitarnya.
What I feel?
Novel ini telah membuat saya terpukau sejak bab
pertama. Yang ada di pikiran saya hanya ada kata “gila” dan “sakit”. Karena
benar, tidak ada satu tokoh pun yang tidak gila dalam Novel ini. Seperti buku
psikologi thriller pada umumnya, penulis mengajak pembaca untuk memahami apa
yang ada di pikiran setiap tokohnya, apa yang mereka rasakan, dan mengapa
mereka memutuskan untuk melakukan suatu tindakan.
Buku ini terbagi atas lima chapter dan terjadi
perubahan sudut pandang di setiap chapternya. Setiap tokoh diberikan kesempatan
untuk menceritakan sudut pandang masing-masing. Pada bab pertama, penulis
membuat saya merasakan kebimbangan seorang ibu yang kehilangan anaknya, tetapi
di sisi lain dia adalah seorang wali kelas yang harus melindungi siswa-siswanya.
Pada bab berikutnya, penulis membuat saya memahami tekanan seorang anak yang
ingin dianggap berguna oleh orang tuanya. Kemudian saya dibawa lagi untuk
menyelami sudut pandang seorang ibu yang ingin membangun sebuah keluarga ideal
bagi anak-anaknya. Lalu, kembali saya merasakan kesedihan seorang anak yang
menjadi korban kekerasan dan perpisahan kedua orang tuanya. Semua penjelasan
yang diberikan tampak masuk akal dan membuat saya bersimpati.
Meski saya mampu memahami alasan para pelaku melakukan
pembunuhan tersebut, saya tidak bisa memaklumi tindakan yang mereka lakukan.
Daripada merasakan kebencian terhadap para pelakunya, saya lebih merasa kasihan
dan prihatin. Mereka masih terlalu muda. Namun, pikiran mereka terlalu rumit untuk
ukuran siswa yang baru duduk di kelas satu SMP. Saya merasa kasihan melihat
anak-anak tersebut kehilangan kesempatan mereka untuk berprestasi karena perbuatan
yang sebenarnya bisa mereka hindari. Tidak seharusnya mereka berbuat sejauh itu.
Tapi jika mereka tidak berbuat sejauh itu, cerita ini takkan menjadi “gila” dan
“sakit.” Buku ini membuat saya dilema, apakah pembalasan dendam Yuko tersebut
terlalu berlebihan atau memang sudah sangat pantas.
Highlight?
- Buku ini takkan mengajak pembaca untuk mengurai teka-teki pelaku pembunuhan yang sebenarnya karena sedari awal penulis dengan jelas telah menyebutkan siapa pembunuhnya dan dengan cara apa mereka membunuh.
- Terjadi perubahan sudut pandang di setiap bab-nya dan setiap tokoh menceritakan peristiwa pembunuhan itu dengan versi masing-masing. Hal ini membuat pembaca lebih bisa memahami betapa gila dan sakitnya tokoh dalam novel ini. Hal-hal baru dan mengejutkan akan terungkap setiap kali perubahan sudut pandang ini terjadi.
- Dari novel ini saya bisa menarik kesimpulan bahwa satu tindakan atau kalimat bisa memberikan dampak yang berbeda bagi orang yang menerimanya. Novel ini menggambarkan bahwa perkataan orang tua yang terdengar baik-baik saja, ternyata bisa diartikan negatif dan memengaruhi anaknya untuk melakukan tindakan yang tak terduga.
- Saya baru mengetahui tentang istilah mother complex melalui novel ini dan wah... mother complex ternyata cukup menyeramkan untuk diabaikan.
- Jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat membaca novel ini. Bahkan interaksi keluarga dan romansa remaja pun terkesan gelap.
- Sebaiknya jangan membaca novel ini sambil minum susu karena akan memberikan efek trauma tersendiri.
Well, butuh waktu beberapa saat untuk beradaptasi
dengan gaya Bahasa yang digunakan oleh penerjemah, mungkin karena ini adalah
novel Jepang pertama yang saya baca. Selebihnya, buku ini sangat adiktif dan
membuat saya betah untuk membacanya sampai akhir dalam sekali duduk.
Bagaimana? Apakah kalian tertarik untuk membaca Confessions? Semoga iya, karena saya
tidak ingin teracuni sendirian. See you
in the next Nit’s Notes!
Ok nit nots
ReplyDeleteNoted! Hahaha
Delete