Ramai.
Suara itu muncul di kepalaku saling bersahutan. Meski
kuharap mereka bisa menjadi harmoni yang indah, suara itu kian hari kian
sumbang saja. Bersandar lemah di dinding kamar, lampu sengaja ku padamkan.
Kuharap ramai itu perlahan berkurang. Tidak muluk-muluk. Aku tak memintanya
lenyap begitu saja.
Masih ramai.
Tanganku melakukan perbuatan yang sia-sia. Ia kini
berjuang menutupi kedua telingaku meski ku tahu sepasang tulang rawan itu tidak
ada sangkut-pautnya dengan suara yang kudengar kini. Semua ada di kepalaku.
Terekam dengan sangat jelas.
Masih bersahutan, aku berteriak dalam ruang sunyi
tempatku berada. Teriakan yang hanya terdengar oleh hatiku. Teriakan yang
suaranya tertahan di kerongkongan, tertelan, dan menjelma menjadi air mata.
Pandanganku menjadi kabur, mataku memanas, bulir bening itu berjatuhan
membasahi guling yang sedang kupeluk. Terisak tertahan memberikan sensasi perih
tersendiri di dalam sana.
Ku ungkap tirai jendela di sisi kiri kamarku. Biar
angin malam mengeringkan titik-titik bening yang perlahan menganak sungai. Lambaian nyiur terlihat seirama di bawah
cahaya bulan yang temaram. Suara tawa tupai, suara jangkrik, bunyi gesekan
dedaunan yang tak beraturan, bisik angin, alunan musik dangdut tetangga, suara
bising knalpot bogart para penghuni jalan raya, dan suara sumbang di kepalaku
menciptakan irama yang tak ku suka. Aku benci ramai. Aku ingin hening.
Suara ibu memanggilku dari arah dapur. Suara terindah
di dunia, bagiku. Meraih sarung yang tergantung sembarang di sisi kamar,
ku hilangkan jejak-jejak air mata yang tadi mengalir cukup deras. Ku tatap bayangan wajahku di cermin. Berkedip berkali-kali memastikan air mata
itu tak lagi mendesak keluar. Tak ada mata sembab, tak ada hidung yang memerah walau ku akui terlihat cukup menyedihkan.
Mataku tak pernah bengkak meski aku menangis semalaman. Entah suatu prestasi
yang patut disyukuri atau disayangkan.
Ku langkahkan kakiku cepat-cepat ke arah ibu.
Memeluknya dari belakang, menghirup aromanya yang nyaman. Suara sumbang itu
hilang sejenak. Aku merasa baik-baik saja.
-tbc-
0 comments:
Post a Comment