Sunday, January 5, 2020

Ramai dalam Hening (Part 1)

0




Ramai.

Suara itu muncul di kepalaku saling bersahutan. Meski kuharap mereka bisa menjadi harmoni yang indah, suara itu kian hari kian sumbang saja. Bersandar lemah di dinding kamar, lampu sengaja ku padamkan. Kuharap ramai itu perlahan berkurang. Tidak muluk-muluk. Aku tak memintanya lenyap begitu saja.


Masih ramai.

Tanganku melakukan perbuatan yang sia-sia. Ia kini berjuang menutupi kedua telingaku meski ku tahu sepasang tulang rawan itu tidak ada sangkut-pautnya dengan suara yang kudengar kini. Semua ada di kepalaku. Terekam dengan sangat jelas.

Masih bersahutan, aku berteriak dalam ruang sunyi tempatku berada. Teriakan yang hanya terdengar oleh hatiku. Teriakan yang suaranya tertahan di kerongkongan, tertelan, dan menjelma menjadi air mata. Pandanganku menjadi kabur, mataku memanas, bulir bening itu berjatuhan membasahi guling yang sedang kupeluk. Terisak tertahan memberikan sensasi perih tersendiri di dalam sana.

Ku ungkap tirai jendela di sisi kiri kamarku. Biar angin malam mengeringkan titik-titik bening yang perlahan menganak sungai.  Lambaian nyiur terlihat seirama di bawah cahaya bulan yang temaram. Suara tawa tupai, suara jangkrik, bunyi gesekan dedaunan yang tak beraturan, bisik angin, alunan musik dangdut tetangga, suara bising knalpot bogart para penghuni jalan raya, dan suara sumbang di kepalaku menciptakan irama yang tak ku suka. Aku benci ramai. Aku ingin hening.

Suara ibu memanggilku dari arah dapur. Suara terindah di dunia, bagiku. Meraih sarung yang tergantung sembarang di sisi kamar, ku hilangkan jejak-jejak air mata yang tadi mengalir cukup deras. Ku tatap bayangan wajahku di cermin. Berkedip berkali-kali memastikan air mata itu tak lagi mendesak keluar. Tak ada mata sembab, tak ada hidung yang memerah walau ku akui terlihat cukup menyedihkan. Mataku tak pernah bengkak meski aku menangis semalaman. Entah suatu prestasi yang patut disyukuri atau disayangkan.

Ku langkahkan kakiku cepat-cepat ke arah ibu. Memeluknya dari belakang, menghirup aromanya yang nyaman. Suara sumbang itu hilang sejenak. Aku merasa baik-baik saja.

-tbc-

0 comments:

Post a Comment